BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Friday, September 24, 2010

Hukum Memegang Al-Quran, Tafsir dan Buku Agama Tanpa Wudhu

Syariat telah menjadikan wudhu sebagai pengangkat hadas agar boleh menunaikan shalat fardhu dan sunnat, sujud tilawah,tawaf dan lain-lain

Rasulullah S.A.W. bersabda: 
“Tawaf mengitari Ka’bah adalah seperti solat, yang membezakannya adalah dibolehkan berbicara didalamnya, dan barang siapa diantara kalian berbicara maka hendaklah bicara yang baik saja”. 
(H.R. Tirmidzi dengan sanad yang shohih dan juga telah diriwayatkan oleh Hakim, dan telah dishohihkan oleh Allamah Al-Albani dalam Shohihul Jami’)

Maka wudhu adalah hal yang wajib untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan tersebut, dan tidak diperbolehkan bagi yang tidak berwudhu untuk mengerjakannya, seperti juga dalam hal menyentuh mushaf (qur’an) kerana untuk menyentuhnya harus yang memiliki wudhu, sama ada untuk menyentuhnya sekaligus ataupun hanya sebahagian saja ataupun juga hanya seayat saja.



Berikut pembahasan terperinci mengenai menyentuh mushaf tanpa wudhu sesuai dengan pendapat para imam mazhab:

Mazhab Maliki
diperbolehkan menyentuh mushaf seluruhnya atau sebagiannya dengan syarat sebagai berikut:


1. Tertulis dengan tidak menggunakan bahasa arab, adapun jika tertulis dengan menggunakan bahasa arab maka tidak boleh menyentuhnya dengan keadaan apapun, walaupun tertulis dengan khat Kufiy atau Maghribiy atau selainnya.


2. Menjadi ukiran dalam mata wang, sama ada dalam dinar, dirham atau selainnya (yang menjadi alat untuk pertukaran)


3. Diperbolehkan memegang qur’an seluruhnya atau sebagiannya untuk menyelamatkan (terjatuh dilantai atau dimana saja) tanpa memiliki wudhu. Sebagian dari para Malikiah mengatakan diperbolehkan memegangnya apabila qur’an itu hanya sebagian saja dan jika sempurna qur’an tersebut maka dilarang. Dan syarat memegangnya ada dua: 1. hendaknya orang yang memegang qur’an adalah muslim, 2. hendaknya qur’an tersebut tertutup (terbungkus) agar tidak ternodai dari segala macam kotoran.


4. Yang menyentuhnya atau yang memegangnya adalah seorang guru atau murid, dan tidak ada perbezaan apakah mereka itu sudah mukallaf atau belum, begitu juga wanita yang haidh dan yang selain itu.

Maka, bagi Maliki, selain dari empat syarat tadi, orang yang tidak memiliki wudhu tidak diperbolehkan untuk menyentuh atau memegang qur’an, sama ada menggunakan alas ataupun tidak. Begitu juga tidak diperbolehkan memegang sesuatu yang diatasnya ada qur’an (bantal, kursi, kotak, dll). Dan apabila qur’an tersebut dicampurkan dengan barang-barang lain dan dimasukkan dalam satu tempat (kardus) maka diperbolehkan untuk memegang tempat tersebut. 

Adapun membaca qur’an tanpa memegangnya diperbolehkan bagi orang yang tidak memiliki wudhu akan tetapi lebih afdhol agar memiliki wudhu.

Hanabilah(mazhab Hanbali)

Apabila orang yang menyentuh qur’an atau yang membawanya dan tidak memiliki wudhu maka hendaknya qur’an tersebut diberikan bungkus (diletakkan dalam kantong, sapu tangan, dll), atau diletakkan dalam kotak, atau diletakkan dalam suatu tempat yang tempat tersebut mudah untuk dipindah-pindahkan (contoh didalam rumah, qur’an tersebut diletakkan didalam almari, sehingga mudah saja qur’an diletakkan dimana tempat sama ada itu disengaja untuk menyentuhnya ataupun tidak), maka dalam keadaan tersebut dibolehkan untuk memegang qur’an tanpa memiliki wudhu. Diperbolehkan juga tanpa wudhu memegang qur’an untuk menyelamatkan dengan syarat menjadikan sesuatu dari yang bersih dan suci sebagai pelindungnya dari hal-hal yang kotor dan najis. Anak yang belum mukallaf (belum baligh) tidak diwajibkan berwudhu untuk menyentuh atau memegang qur’an, akan tetapi diwajibkan atas walinya (orang tua) untuk memerintahkannya untuk berwudhu sebelum menyentuh, memegang, atau membawa qur’an.

Mazhab Hanafi

Diperbolehkan menyentuh qur’an seluruhnya atau sebagiannya atau tulisannya dengan syarat sebagai berikut:


1. Dalam keadaan darurat, seperti apabila qur’an terjatuh kedalam air dan akan tenggelam atau akan terbakar, maka dibolehkan untuk memegang qur’an untuk menyelamatkan walaupun tanpa wudhu.


2. Hendaknya qur’an tersebut terbungkus (diletakkan dalam kantong, dll).


3. Yang menyentuhnya adalah orang yang belum baligh dengan tujuan untuk mempelajari qur’an . Adapun orang sudah baligh dan orang yang haidh, entah sebagai guru ataupun murid tidak diperbolehkan memegang qur’an.


4. Muslim, maka tidak diperbolehkan bagi selain muslim untuk memegang qur’an. Menurut pendapat Muhammad (pengikut mazhab Hanafi) : dibolehkan selain muslim memegang qur’an apabila telah mandi terlebih dahulu, adapun jika selain muslim menghafal dari qur’an tidak dilarang. Sehingga apabila tidak sesuai dengan syarat ini. Maka tidak dibolehkan bagi orang yang tidak suci dan tidak berwudhu untuk menyentuh qur’an ( dengan menggunakan anggota tubuh manapun). Adapun membaca qur’an tanpa mushaf maka dibolehkan bagi orang yang tidak memiliki wudhu, dan diharamkan bagi orang yang junub dan haidh, akan tetapi mustahab (digalakkan sekali) untuk berwudhu terlebih dahulu sebelum membaca qur’an.

Makruh menyentuh tafsir tanpa wudhu, sama ada dalam bentuk kitab fiqh, hadis dan lain sebagainya dibolehkan tanpa wudhu kerana hal ini masuk dalam hal Rukhsoh (peringanan).

Mazhab Shafie

Dibolehkan orang yang tidak wudhu menyentuh, membawa seluruh qur’an atau sebagiannya dengan syarat sebagai berikut:


1. Membawanya hirzan (menjaga).


2. Tertulis (terukir) dalam dirham, dinar atau junaih.


3. Qur’an tersebut tertulis dalam buku-buku pelajaran.
Adapun tafsir dibolehkan menyentuhnya tanpa wudhu dengan syarat tafsir lebih banyak daripada qur’an, dan jika qur’an lebih banyak daripada tafsir maka tidak boleh menyentuhnya apabila tidak memiliki wudhu.


4. Ayat qur’an tertulis dalam pakaian, seperti contoh pakaian yang diletakkan pada ka’bah (kiswah untuk ka’bah).


5. Memegangnya untuk mempelajarinya, maka dibolehkan bagi walinya agar membiarkan untuk memegangnya dan membawanya untuk belajar walaupun telah dihafalnya. Apabila tidak sesuai dengan syarat-syarat diatas maka diharamkan untuk menyentuh qur’an, walaupun hanya satu ayat saja.

So, kesimpulan yang boleh dibuat sini ialah:

1. Hukum memegang atau menyentuh al-Qur'an tanpa wudhu' adalah haram kecuali dalam keadaan darurat seperti menyelamatkannya daripada kebakaran ,menjaganya dsb.

2. Yang dimaksudkan dengan al-Qur'an ialah mashaf al-Qur'an itu sendiri. oleh itu, tafsir al-Qur'an boleh dipegang tanpa wudhu' jika kandungan tafsirnya lebih banyak daripada ayat-ayat al-Qur'an di dalamnya. 



7 comments:

Unknown said...

Assalamualaikum
Ustd atau ustadzah
Saya mau tanya dong Bagaimana hukumnya membaca al quran tetapi dalam bentuk aplikasi di android apakah harus berwudhu?
Sekian dan terimakasih
Wassalamualaikum wr. wb.

Unknown said...

jgn sampai x ada wuduk jadi alasaan ,sebab tak baca quran

Unknown said...

jgn sampai x ada wuduk jadi alasaan ,sebab tak baca quran

Unknown said...

Melanggar adab-adab dan hukum syarak al quran akan menyebabkan Al Quran melaknat kita, juga adalh penyebab bila belajar tapi tak juga pandai-pandai dan tidak berkat.
Malah membacanya tanpa tertil adalh satu pencemaran dan prnghinaan terhadap ayat-ayat Alloh.Kalau disengaja boleh membawa kpd kekufuran.

beniagi febrian maryadi said...

Ass. Ustadz mau bertanya sesudah pulang sekolah dsb apakah boleh membaca alquran/iqro tanpa mandi tetapi wudhunya saja terimakasih....

Hanz said...

Bagaimana jika hanya memegang satu juzuk alquran sahaja

Unknown said...

Gk boleh